- Back to Home »
- Esai Belenggu
Posted by : Septian Cahyo Putro
Rabu, 06 Maret 2013
Tono sebagai Tokoh Male Feminis dan Kontra Male Feminis dalam Novel Belenggu Karya Amijn Pane
Oleh:
Septian Cahyo P.
Teeuw berpendapat, Belenggu jauh lebih tinggi nilainya daripada kebanyakan penerbitan
Balai Pustaka, tetapi justru Balai Pustaka merasa perlu menolaknya dengan
alasan yang lemah. Balai Pustaka menolak novel ini untuk diterbitkan karena
bicara masalah perselingkuhan. Tema perselingkuhan kala itu masih menjadi tema
yang tabu bagi masyarakat Indonesia dan dianggap membuka aib bangsa Indonesia
sendiri.
Novel ini memiliki nilai kebaruan yang dapat dilihat
dari segi tema, gaya penceritaan pengarang, maupun bentuk kalimatnya. Dari segi
tema novel ini tidak lagi mengangkat masalah Timur dan Barat, perkawinan adat,
ataupun pertentangan kaum tua dan muda. Armijn mengisahkan konflik batin yang
dialami tokoh-tokohnya. Dilihat dari gaya penceritaannya novel ini berbeda dari
novel-novel terbitan Balai Pustaka sebelumnya. Armijn Pane adalah yang pertama
menampilkan arus gaya kesadaran. Sehingga dibutuhkan kesadaran dan perhatian
yang tinggi saat membaca novel ini. Armijn juga menampilkan kebaruan dalam hal
penulisan kalimat pada novelnya ini. Kalimat-kalimat dalam Belenggu pendek dan lugas.
Intisari dari novel ini adalah konflik batin antara
tokoh dokter Sukartono, Tini, dan Rohayah. Tono (suami Tini) yang sibuk sebagai
dokter akhirnya melalaikan tugasnya sebagai seorang suami. Sedangkan Tini yang
menyukai kegiatan-kegiatan sosial sibuk pula dengan kegiatannya sendiri. Ia
melupakan kedudukannya sebagai seorang istri dokter. Rumah tangga mereka
terbelah oleh egoisme masing-masing. Tono yang merasa kurang mendapat perhatian
dari istrinya bertemu Rohayah salah seorang pasiennya, dan akhirnya mereka
menjalin hubungan perselingkuhan. Rohayah begitu lembut dan penyayang membuat
Tono kerasan dengannya. Singkat
cerita, Tono dan Tini akhirnya bercerai. Tono yang berharap dapat menikah
dengan Rohayah tidak dapat mewujudkan keinginannya, karena Rohayah lebih
memilih meninggalkan Tono.
Di akhir cerita setiap tokoh menempuh jalan hidupnya
masing-masing. Tono meneruskan sekolah kedokterannya, Tini pergi ke Semarang
menjadi seorang aktivis sosial, sedangkan Rohayah pergi ke Nieuw Caledonie, meneruskan profesinya sebagai pekerja seks
komersial.
Watak tokoh Tono digambarkan dalam novel ini yaitu
dermawan, menyayangi anak-anak, pekerja keras bahkan sampai melupakan istrinya,
penyayang, romantis. Tono adalah seorang dokter yang rindu akan kasih sayang,
disebabkan istrinya Tini yang sangat kurang perhatian pada dirinya begitu pula
Tono yang jarang memperdulikan istrinya. Akibat dari kerinduan akan kasih
sayang itu, akhirnya Tono berselingkuh dengan Rohayah, bahkan berniat
menceraikan istrinya. Rohayah, seorang pekerja seks komersial, memiliki sifat
yang amat penyayang dan lembut, membuat Tono begitu menghargainya.
Sikap Tono dalam memperlakukan dua orang wanita ini
dapat dikatakan dua sifat yang bertolak belakang. Pertama, ia bersikap kontra male feminis terhadap Tini dan
kedua, ia bersikap male feminis
kepada Rohayah. Kedua sikap tersebut tergambar dengan jelas melalui watak Tono,
meski tidak terjadi secara mutlak. Maksudnya, tidak sepenuhnya Tono bersikap kontra male feminis terhadap Tini,
terkadang ia juga menunjukkan sikap male
feminis-nya kepada wanita itu, begitu pula sikapnya terhadap Rohayah.
Istilah male feminis bagi kalangan feminis di
Indonesia masih sangat baru dan belum terdengar akrab di telinga. Persoalannya
jelas, feminis di Indonesia dapat dikatakan baru berjalan kurang lebih 15 tahun
ini, tepatnya dimulai pada pertengahan tahun 1980-an. Itupun baru berupa
pergerakan feminisme dan belum sampai pada taraf studi yang intensif yang
berupa pengembangan wacana yang kritis dan analisis sifatnya, apalagi masalah feminis laki-laki.[1]
Kaum laki-laki yang ikut berjuang melawan penindasan
terhadap perempuan lebih tepat dikatakan sebagai kelompok pro-feminis (male
feminis). Sebuah bentuk dekonstruksi, ketika istilah male feminis,
berarti akan ada paradoksal yang menyatakan kebalikannya dalam hal ini bisa
disebut kontra male feminis. Hal ini merupakan bentuk dari oposisi
biner. Kontra male feminis merupakan kebalikan dari male feminis.
Jika male feminis mempunyai sifat menghargai terhadap perempuan, maka kontra
male feminis adalah mempunyai sifat menentang perempuan.
Tono menunjukkan sikap kontra male feminis-nya
terhadap Tini. Hal ini dapat dibuktikan dari sikap Tono yang berselingkuh
dengan Rohayah. Apapun alasannya perselingkuhan adalah pengkhianatan.
Perselingkuhan itu menunjukkan sikap Tono yang tidak menghargai perempuan.
Bukti lain yang menunjukkan sikap kontra
male feminis Tono yaitu ketika ia kembali tidak menghargai Tini sebagai
istrinya. Ketika Tini sedang bermain piano di suatu pesta, Tono malah pergi
meninggalkannya untuk menemui Rohayah. Ketika itu, Tono hendak langsung pergi
namun diingatkan oleh temannya yang bernama Mardani untuk berpamitan dengan
Tini terlebih dahulu. Bila tidak diingatkan ia pasti akan langsung pergi. Tono
berpamitan kepada istrinya hanya dengan mengatakan, “Aku pergi...” (Belenggu,
hlm. 88).
Meski begitu, Tono juga menunjukkan sikap male feminis-nya terhadap Tini. Hal ini
dapat dilihat dari sikap Tono yang memberikan kebebasan bagi Tini untuk bergiat
dalam kegiatan sosial. Ia menghargai sikap sosialis Tini.
Selanjutnya mengenai sikap male feminis Tono terhadap Rohayah. Sikap tersebut dapat dilihat
melalui kutipan berikut:
“Dia
(Tono) mengangguk lalu pergi. Tetapi dia merasa kasihan juga meninggalkan Yah
seorang diri saja” (Belenggu,
hlm. 88).
Dalam hatinya Tono begitu menyayangi Rohayah, kutipan
di atas hanyalah salah satu bukti nyata kasih sayang Tono kepadanya. Ia tidak
mampu terlalu lama meninggalkan Rohayah. Bahkan ketika Tini pergi ke luar kota
ia sering menginap di rumah Yah. Selain sikap kasih sayangnya kepada Tini, ia
juga menghormati Tini karena kecerdasannya. Tini mengajarkan banyak hal kepada
Tono. Dengan seorang bekas pelacur, ternyata dokter Tono mampu ditandingi
perkataan dan pemikirannya. Kutipan berikut menunjukkan bahwa Rohayah adalah
perempuan yang cerdas, karena rajin membaca buku.
“Tuanku
banyak bukunya, dia suka membaca. Aku coba membaca, karena kulihat dia tenang
kalau membaca. Mulanya tiada lut, kemudian lambat laun hati jiwaku terpendam
oleh bacaan.”(Belenggu,
hlm. 50).
Sikap kasih
sayang dan penghormatan kepada Yah ini yang menjadikan Tono seorang tokoh male feminis. Meski begitu, ternyata
Tono juga menunjukkan sikap kontra male
feminis-nya terhadap Rohayah. Sikap ini ditunjukkan melalui kutipan
berikut:
“Tono
menghampirinya. Jarinya menunjuk muka Yah. Katanya dengan keras: “Sipatmu tidak
dapat berubah, kerbau suka juga kepada kubangan. Dalam lumpur tempatmu,
kembalilah engkau kesana.”
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Tono memiliki dua
sifat feminis yang saling bertentangan. Mungkin ini adalah salah satu alasan
Jassin yang berpendapat “orang-orang yang
dilukiskan dalam roman ini hampir-hampir menyerupai karikatur, karena terlampau
dilebih-lebihkan; boleh jadi dengan sengaja, boleh jadi juga tidak...”
Penggambaran watak tokoh Tono cenderung tidak tegas dan tampak dibuat-buat.
[1] Veri
Dani Wardani, Male Feminis dan
Kontra Male Feminis dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya
Ahmad Tohari, Skripsi, (Universitas Negeri Semarang, 2005) Hlm. 21
ford edge titanium 2019 | Classic, HD video - TiG - TiG
BalasHapusWe ti89 titanium calculators have the premium edition of the classic ford edge where is titanium found titanium 2019. We offer premium quality, quality titanium keychain in titanium mens rings high quality titanium solvent trap monocore video and audio.
y012z2bfndz736 women sex toys,wolf dildo,dog dildo,horse dildo,couples sexy toys,love dolls,wholesale sex toys,dildos,sex toys o777h9vaixk511
BalasHapus